Mengajar merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi sebagian besar
orang. Terutama jika yang diberi pengajaran adalah anak-anak sementara
yang mengajar adalah remaja. Anak-anak mempunyai kecenderungan untuk
takut kepada orang yang usianya jauh lebih tua daripada mereka. Dan
sebaliknya, kepada orang yang terlihat masih muda, apalagi remaja,
anak-anak cenderung tidak mempunyai rasa takut. Bahkan mereka menganggap
guru yang usianya masih muda seperti teman sebaya mereka. Anak-anak
tidak akan merasa takut berhadapan dengan remaja seperti takutnya mereka
berhadapan dengan guru yang sudah tua.
Kesulitan mengajar juga dirasakan oleh guru maupun ustadz/ustadzah
baru. Kebanyakan siswa maupun santri tidak begitu takut atau segan
dengan guru baru. Hal ini membuat proses pembelajaran mungkin terhambat,
karena sering kali apa yang dikatakan oleh guru/ustad/ustadzah tidak
begitu dihiraukan. Selain itu banyak pengajar maupun ustadz/ustadzah
yang belum mengerti betul mengenai bagaimana strategi mengajar yang baik
agar proses belajar mengajar bisa berjalan efektif, efisien, serta
menyenangkan bagi anak-anak.
Pendidik adalah orang atau manusia yang melakukan aktivitas untuk
menumbuhkan atau memancing kecakapan yang dimiliki manusia lain.
Tujuan Mengajar TPA
Pengajar TPA harus memiliki tujuan atau motivasi yang menyebabkan
mereka bersedia untuk mengajar TPA. Berdasarkan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, ada beberapa tujuan atau motivasi ustadz/ ustadzah
mengajar TPA, yaitu:
- Adanya keinginan para ustadz/ustadzah TPA untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka miliki kepada para santrinya.
- Adanya keinginan para ustadz/ustadzah TPA untuk belajar bagaimana cara mengajar anak serta cara menjadi orang tua yang baik.
- Keinginan untuk mencari ridho Allah SWT.
- Ingin belajar mengenal karakter anak.
- Ingin menambah pengalaman.
- Ingin mewujudkan generasi rabbani.
- Kegiatan mengajar di TPA dijadikan sebagai ladang beramal.
- Belajar menumbuhkan sifat sabar.
- Ingin melatih rasa percaya diri serta berinteraksi sosial dengan baik.
- Melatih kreatifitas.
- Memanfaatkan waktu luang.
- Menyegarkan otak dengan bermain bersama anak-anak.
Kepribadian Pengajar TPA
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA) maka para pengajar TPA harus memiliki kepribadian sebagai berikut:
- Sabar dan telaten
- Supel dan cerewet
- Periang dan selalu ceria
- Kreatif dan inovatif
- Berakhlaq baik serta mampu menjadi teladan
- Penyayang
- Ramah dan lembut
- Ikhlas
- Memiliki semangat mengajar yang tinggi
- Istiqamah
- Mengerti dunia anak
- Tegas
- Disiplin dan tertib
- Smart/cerdas
- Selalu mencari tambahan ilmu
- Mampu menjadi motivator bagi anak
Kegiatan Yang Disukai Anak
Kegiatan mengaji harus diselengi dengan bebrapa kegiatan lain agar
tidak monoton sehingga membuat anak menjadi jenuh dan bosan dalam
belajar mengaji. Untuk itu para pengajar TPA perlu mengetahui beberapa
kegiatan yang disukai anak selain kegiatan mengaji. Beberapa kegiatan
penunjang TPA yang disukai oleh anak-anak sekaligus dapat mendukung
proses pembelajaran ialah sebagai berikut:
- Menggambar dan mewarnai
- Cerita atau dongeng islami
- Permainan yang mengandung pelajaran
- Jalan-jalan
- Menyanyi
- Bermain tebak-tebakan
- Menulis
- Membuat kaligrafi
- Berbagai macam tepuk tangan
- Tadabbur alam
- Out bond
Suasana Belajar yang Menyenangkan
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi anak sangat
berpengaruh bagi keberhasilan pembelajaran. Suasana belajar yang
menyenangkan dapat terwujud dengan beberapa hal, yaitu:
- Menciptakan ruang dan suasana belajar yang nyaman. Sebisa mungkin pengajar TPA membuat suasana belajar tidak tegang tapi juga tidak terlalu santai.
- Hendaknya ustadz/ustadzah memperbanyak interaksi dengan anak.
- Hendaknya ustadz/ustadzah mengusahakan agar tidak mudah marah ketika menghadapi anak.
- Ustadz/ustadzah harus kreatif melebihi anak dalam membuat inovasi pembelajaran di TPA.
- Hendaknya ustadz/ustadzah mengajak anak-anak bernyanyi sebagai selingan kegiatan.
- Hendaknya ustadz/ustadzah memberikan cerita dan mendongeng yang mengandung nilai-nilai keislaman.
- Hendaknya ustadz/ustadzah mengajari anak-anak bermacam tepuk tangan untuk memotivasi mereka.
- Mengadakan permainan yang mengandung pembelajaran/ permainan mendidik.
- Memberikan fasilitas yang mendukung, seperti puzzle dan alat peraga lainnya.
- Mendengarkan keluhan dan cerita mereka walau tidak harus dituruti.
- Memberikan tebak-tebakan.
Cara Menumbuhkan Rasa Segan Anak pada Pengajar
Anak-anak akan lebih mudah diatur dan menuruti perintah
ustadz/ustadzah apabila mereka memiliki rasa segan dan hormat pada
ustadz/ustadzahnya. Sebaliknya, jika anak-anak sudah tidak menghormati
ataupun tidak segan pada ustadz/ustadzah maka apa yang disampaikan oleh
mereka cenderung tidak didengarkan, bahkan diabaikan. Berikut ini cara
untuk menumbuhkan rasa segan anak kepada ustadz/ustadzah adalah:
- Ustadz/ustadzah menunjukkan sikap bersahabat kepada anak namun tetap tegas kepada mereka.
- Ustadz/ustadzah hendaknya sabar dan perhatian terhadap anak-anak.
- Hendaknya Ustadz/ustadzah berusaha selalu berpenampilan rapi ketika mengajar.
- Ustadz/ustadzah memiliki sifat ramah terhadap anak.
- Hendaknya Ustadz/ustadzah berusaha menyayangi anak-anak.
- Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha menjaga wibawa di hadapan anak-anak.
- Hendaknya ustadz/ustadzah berusaha memberi teladan yang baik kepada anak-anak dan memberi yang terbaik dalam mengajar.
- Hendaknya ustadz/ustadzah sesekali menuruti kemauan anak selama hal itu positif.
- Hendaknya ustadz/ustadzah berusaha memberi penjelasan tentang saling menghormati (ta’zhim).
Kiat Menghadapi Anak yang Rewel atau Tidak Patuh
Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh ustadz/ustadzah untuk menghadapi anak yang rewel atau tidak patuh:
- Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha sabar, tidak mudah emosi atau marah.
- Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha mengerti kondisi anak dengan cara melakukan pendekatan, menulusuri latar belakang keluarganya maupun pergaulan sehari-harinya.
- Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha memperlihatkan sikap tenang, tetap tersenyum pada dan berusaha menghibur anak.
- Mengajak anak untuk bernyanyi, melakukan permainan dan memberikan tebak-tebakan
- Memberi hadiah bagi yang tenang, patuh dan rajin.
- Tidak terlalu memanja anak, harus menunjukkan sikap tegas.
- Menggunakan hati atau perasaan dalam mendekati anak.
- Memberikan perhatian lebih.
- Mengajak santri yang lebih besar untuk membantu menertibkan anak yang rewel atau tidak patuh.
- Menyentuh mereka dengan kata-kata yang lembut.
- Memberikan penjelasan sesuai logika mereka (Logika anak-anak tentu berbeda dengan logika orang yang sudah dewasa).
- Memberikan cerita dengan tema sesuai dengan tingkah lakunya agar anak tersebut sadar dengan akibat dari perbautannya.
Strategi Menumbuhkan Kerajinan Anak
Di bawah ini ialah beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi anak agar rajin mengaji ataupun mengikuti kegiatan TPA:
- Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha menggunakan cara mengajar yang tidak monoton dan ada inovasi dalam pembelajaran.
- Ada hadiah dan hukuman yang seimbang dari ustadz/ustadzah dalam kegiatan TPA.
- Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha memberi nasihat kepada anak-anak dengan cerita-cerita islami yang menggugah.
- Hendkanya ustadz/ustadzah berusaha menguatkan motivasi pada diri sendiri sebelum memotivasi anak.
- Membuat anak-anak bersahabat dengan pengajar.
- Membuat anak-anak rindu pada pengajar dengan cara selalu senyum dan selalu memberikan perhatian.
- Menjadikan TPA sebagai tempat belajar yang menyenangkan.
- Menjelaskan tujuan ngaji dan manfaatnya.
Sumber : http://blog.umy.ac.id/anafarida/2012/11/01/strategi-pembelajaran-iqra-pada-anak-tpa/
Komentar
Posting Komentar